Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 31 Januari 2013

Punah karena Narkoba

Judul di atas sarkastis. Tidak diharapkan, tidak mengejek, tetapi itulah sebutan tepat ketika kita angkat tangan terhadap kejahatan narkoba.

Rilis Indeks Negara Gagal 2012 oleh The Fund for Peace menempatkan Indonesia termasuk negara rentan gagal, naik dibandingkan tahun 2011 di peringkat ke-64. Tidak termasuk sebagai faktor pengukuran, maraknya kejahatan narkoba kita taruh dalam subfaktor legitimasi negara.

Legitimasi negara tidak dalam arti yuridis formal, tetapi dalam konteks akseptabilitas warga. Ketika kehadiran pemerintah tidak dirasakan—kata sopannya membiarkan— dan ketakmampuan menegakkan hak asasi manusia, di situ bibit kerentanan tumbuh. Kejahatan narkoba—menyangkut masa depan manusia dan kemanusiaan, seperti halnya korupsi, terorisme, dan pelanggaran HAM—masuk dalam kelompok kejahatan kemanusiaan. Akibat yang ditimbulkan merusak masa depan individu, sosial, dan negara.

Dalam kasus narkoba, siapa pengiur kegagalan? Negara beserta lembaga dan aparat penegak hukum. Sikap permisif masyarakat. Mandulnya penegakan hukum atas dominasi bandar narkoba, mudahnya diberikan keringanan hukuman bagi terpidana kasus narkoba (termasuk grasi dan gratifikasi), serta tenggang rasa dan melimpahnya uang panas, berimbas pada kejahatan narkoba merajalela.

Kita sampaikan beberapa contoh data yang tak digubris. Sebesar 68 persen tersangka kasus narkoba adalah pengusaha, karyawan, dan profesional. Indonesia tidak lagi hanya pasar empuk, tetapi juga produsen narkoba. Besaran uang yang beredar dalam lilitan bisnis puluhan triliun rupiah. Tertangkapnya sejumlah tokoh di Jakarta Selatan, memakai cathinone sebagai zat stimulans seperti narkoba.

Kita apresiasi kerja keras Badan Narkotika Nasional, walaupun pada saat bersamaan kita terkaget-kaget, marah, sedih. Kasus kejahatan narkoba selalu riuh, jadi topik di seminar dan temu wicara, tetapi lantas apa? Belum lagi ada sindiran "untuk mengalihkan perhatian". Narkoba hanya mengancam kesehatan, ibarat desert, menu penutup.

Bisnis narkoba memang fenomena global yang mengancam negara. Selain terorisme, mengapa Indonesia dirasa paling subur? Korupsi bukan khas Indonesia, tetapi mengapa Indonesia pencatat rekor tinggi? Pertanyaan itu terus mengusik, dan selalu memperoleh pembuktian lewat kejadian dan kenyataan dari hari ke hari.

Konkretnya? Tegaskan, kejahatan narkoba adalah kejahatan kemanusiaan, mengancam bukan hanya kesehatan, melainkan juga eksistensi negara-bangsa. Penegak hukum jangan tunduk pada lilitan bisnis narkoba, jangan tenggang rasa terhadap pelaku kejahatan narkoba (terutama pengedar). Indonesia bisa punah karena narkoba, bukan sesuatu yang mustahil. Tidak dalam arti eksistensi negara dan bangsa, tetapi pecahnya pamor keunggulan yang selama ini ditanggungkan para pendiri dan pemimpin negeri ini. Pesan "kutitipkan negeri ini" bermakna luas, termasuk mencegah bertambahnya warga Indonesia yang saat ini setiap tahun 15.000 meninggal sia-sia karena narkoba.
(Tajuk Rencana Kompas, 31 Jan 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger